------------
Rasa penasaran
Tidak dapat hilang dengan jawaban
Jika kau tidak melakukannya
----------
Sepulang sekolah, aku berjalan mengamati jalan setapak di ujung sungai kapuas hulu, tiba tiba timbul rasa takut akan terror itu. Namun aku tidak melakukan kesalahan fatal, untuk apa takut? begitu pikirku menenangkan diri.
Tiba tiba di depanku orang beramai ramai melihat sesuatu ke sungai. Dan rupanya ditemukan sesosok jenazah mengapung di permukaan air sungai yang coklat itu. Wajahnya terlihat sempurna dan kulitnya masih mulus. Rambutnya tergerai dan terlihat mulutnya seperti mayun.
Tunggu ... apakah dia jazad kak Rumiya ?!!
Tiba tiba di depanku orang beramai ramai melihat sesuatu ke sungai. Dan rupanya ditemukan sesosok jenazah mengapung di permukaan air sungai yang coklat itu. Wajahnya terlihat sempurna dan kulitnya masih mulus. Rambutnya tergerai dan terlihat mulutnya seperti mayun.
Tunggu ... apakah dia jazad kak Rumiya ?!!
Aku mendesak dari celah celah kecil orang orang, agar dapat melihat lebih jelas. Lalu seorang nelayan menangkap jazad tersebut dan di letakannya di tanah agar orang orang dapat melihat.
Pak RT yang akrab di panggil pak Rusdi, melihat jazad tersebut, lalu mengumumkan.
"Lihatlah wajahnya! Terlihat jelas ia adalah ..... Rum...."
Hatiku berdegup kencang mendengar pengumuman pak Rusdi.
"Dia adalah .. Rumdai, salah satu anak perempuan yang terhanyut di sungai kapuas ini ... dan ini untuk pertama kali nya salah satu jazad mengapung di sungai kembali .. namun dalam keadaan meninggal" Pak Rusdi menggumumkan. "Bagi yang mengenal atau keluarga Rumdai, harap ke kantor RT sore ini "
Orang orang pun bubar, namun aku masih berdiri menatap jazad itu. Kulitnya masih mulus, padahal ini jazad yang sudah setahun tidak di temukan. Wajahnya masih sempurna ...
"Pak Rusdi, mengapa jazad ini begitu sempurna? Tidak ada lecet sekalipun .. "Aku yang masih haus pertanyaan, bertanya tepat di samping pak Rusdi yang sedang menelpon seseorang.
Pak Rusdi memandangku, tangannya memegang Handphone yang ditempelkan di telinga, "Maaf ya Teria. Bapak masih sibuk. Kamu pulang dulu saja ya..."
Aku mengganguk, walau terasa kecewa di hati. Aku mengerti, pak Rusdi sibuk.
Sesampai di rumah, kulihat foto keluarga di dinding ruang tamu. Foto itu sudah berusia 3 tahun, di foto aku berdiri di tengah mama dan papa. Sedangkan kak Rumiyan berada di samping papa, ia mengenakan kaus putih dengan rok abu abu.
Sebenarnya, apa sih teror itu? Siapa yang pertama kali mengetahui teror itu? Siapa yang perlu kutanyai? mama? atau papa? Dan dari mana asal dan penyebab teror itu? Apa itu kutukan?
Mama melihatku termenung menatapi foto keluarga di ruang tamu.Ia menghampiriku dan memeluk bahuku.
"Rindu sama kak Rumiya, Teria?"
Aku mengganguk, "Iya ma .."
"Mama juga sangat rindu .. mama ingin tau keadaan Rumiya sekarang" sahut mama lembut. Aku mengertak tangannya.
"Tidak mungkin! kak Rumiya pasti sudah mati! Seperti penemuan jazad tadi ..." bentakku lirih. Mataku terasa berat, "Kak Rumiya, pasti sudah meninggalkan dunia ini .."
Namun, aku tidak tahu ... Bahwa kata kataku sangat salah, sangat salah dan fatal .
"Teria .." seru mamaku lembut, "Jangan katakan hal hal itu sebelum kamu mengetahui yang sebenarnya .."
Aku menaikan alis, "Ja..jadi mama tahu? ka..kalau kak Rumiya, masih hidup?!"
To Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar